SIGMANEWS.ID – Jakarta, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Senin (30/6) waktu setempat, secara resmi mencabut sanksi-sanksi AS terhadap Suriah, yang telah berlangsung puluhan tahun.
Pada Mei, Trump mencabut sanksi terhadap Suriah setelah rezim Bashar al-Assad jatuh.
Keputusan ini disebut didorong oleh tekanan dari Arab Saudi dan Turki, setelah kekuasaan beralih ke mantan gerilyawan Ahmed al-Sharaa.
Trump mengakhiri status darurat nasional sejak 2004 yang menjadi dasar sanksi luas terhadap Suriah, termasuk pada lembaga negara seperti bank sentral.
“Tindakan ini mencerminkan visi presiden untuk membina hubungan baru antara Amerika Serikat dan Suriah yang stabil, bersatu, dan damai dengan dirinya sendiri dan negara-negara tetangganya,” kata Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, Selasa (1/7).
Rubio mengatakan akan memulai proses pannjang untuk meninjau pencabutan status negara sponsor terorisme—penetapan sejak 1979 yang menghambat investasi besar.
Baca Juga: Heboh! Tumpukan Ratusan Mayat di Krematorium Meksiko!
Suriah Menyambut Baik Keputusan Donald Trump

Pemerintah menyambut baik keputusan Presiden AS Donald Trump yang mencabut sebagian besar sanksi ekonomi lewat perintah eksekutif.
Langkah ini menandai perubahan besar dalam hubungan bilateral dan membuka peluang rekonstruksi serta integrasi Suriah secara global.
“Kami menyambut pencabutan sebagian besar sanksi terhadap Republik Arab Suriah melalui keputusan bersejarah Presiden Trump,” ujar Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani, Senin (30/6).
Shaibani menyebut kebijakan baru ini sebagai “titik balik signifikan” menuju era kemakmuran, stabilitas, dan keterbukaan.
Ia menyebut pencabutan sanksi akan mempercepat rekonstruksi infrastruktur penting dan mendukung kepulangan jutaan pengungsi secara aman dan bermartabat.
“Dengan dihapuskannya hambatan utama dalam pemulihan ekonomi, pintu rekonstruksi dan pembangunan kini terbuka lebar,” tambahnya.
Terhubung Kembali Dengan Dunia
Brad Smith, pejabat Departemen Keuangan AS yang menangani sanksi, menyebut keputusan ini sebagai akhir dari isolasi ekonomi negara tersebut.
Sebagai tanda awal perubahan, negara tersebut bahkan berhasil melakukan transfer dana elektronik internasional pertamanya sejak pecahnya perang sipil pada 2011.
Namun demikian, sanksi terhadap rezim lama—termasuk terhadap Bashar al-Assad yang kini dilaporkan mengungsi ke Rusia—masih tetap diberlakukan.
Israel Tertarik Normalisasi Hubungan
Pencabutan sanski oleh AS sejalan dengan agenda politik regional, menyusul sinyal Israel untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Suriah dan Lebanon.
Pemerintah Israel menyatakan minat untuk bergabung dalam perluasan Abraham Accord yang mencakup UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
“Ini adalah peluang yang belum pernah kita lihat, dan presiden telah menyusun tim yang benar-benar bisa mewujudkananya,” kata Tom Barrcak, Duta Besar AS untuk Turki sekaligus penasihat utama Trump, kepada wartawan.
Pengaruh kuat Iran di Suriah dan Lebanon dikabarkan melemah akibat tekanan militer Israel sejak pecahnya perang Gaza, 7 Oktober 2023.