SIGMANEWS.ID – Jakarta, Topan Kalmaegi kembali memporak-porandakan Filipina, meningkatkan jumlah korban tewas menjadi lebih dari 90 orang. Provinsi Cebu menjadi wilayah yang paling terdampak, dengan banjir parah yang menghanyutkan mobil, rumah, dan bahkan kontainer pengiriman. Ribuan warga terpaksa mengungsi saat air bah menerjang kota-kota dan desa-desa, sementara akses ke sejumlah daerah terpencil terputus akibat tanah longsor dan kerusakan infrastruktur.
Dalam 24 jam sebelum pendaratan Topan Kalmaegi, wilayah sekitar Kota Cebu diguyur hujan sebanyak 183 milimeter, jauh melebihi rata-rata bulanan. Gubernur Pamela Baricuatro menyebut situasi ini “belum pernah terjadi sebelumnya.”
Dampak Banjir Topan Kalmaegi di Cebu dan Provinsi Lain
Rhon Ramos, juru bicara Cebu, melaporkan bahwa 35 jenazah ditemukan di Liloan, bagian dari wilayah metropolitan Kota Cebu, sehingga jumlah korban di provinsi ini menjadi 76 orang. Wakil administrator pertahanan sipil nasional, Rafaelito Alejandro, menambahkan setidaknya 17 orang meninggal di provinsi lain, sementara 26 orang masih hilang. Para ilmuwan memperingatkan bahwa badai semakin kuat akibat perubahan iklim, dengan lautan yang lebih hangat mempercepat penguatan topan dan hujan yang lebih deras.
Korban Helikopter Militer Saat Penyelamatan
Militer Filipina mengonfirmasi jatuhnya sebuah helikopter Super Huey di Pulau Mindanao bagian utara saat menuju Kota Butuan untuk membantu operasi penyelamatan terkait Topan Kalmaegi. Enam awak helikopter tewas, terdiri dari dua pilot dan empat kru, sementara identitas resmi menunggu konfirmasi forensik.
Ribuan Warga Mengungsi Akibat Topan Kalmaegi
Secara keseluruhan, lebih dari 570.000 orang dipindahkan secara preventif akibat Topan Kalmaegi. Banjir besar dan tanah longsor memutus akses jalan di sejumlah daerah terpencil, sementara lebih dari 50 kota mengalami pemadaman listrik. Warga Cebu melaporkan banjir setinggi dada yang menyapu mobil, perabotan, dan sampah hingga menutup akses perumahan.
Potensi Badai Lain di Filipina
Topan Kalmaegi menjadi badai ke-20 yang melanda Filipina pada 2025. Para ahli memperkirakan masih akan ada tiga hingga lima badai tambahan hingga akhir tahun. Negara kepulauan ini rata-rata dilanda sekitar 20 badai per tahun, sebagian besar menghantam daerah rawan bencana dengan jutaan penduduk yang hidup dalam kemiskinan.
Evakuasi dan Upaya Penyelamatan Terus Berlanjut
Meskipun Topan Kalmaegi sudah melewati sebagian wilayah Visayas Tengah, tim penyelamat terus berupaya menjangkau daerah terpencil yang terisolasi akibat banjir dan longsor. Pulau wisata Cebu menjadi wilayah paling terdampak, menyumbang lebih dari separuh korban tewas. Pemerintah Filipina aktif mengevakuasi warga dan menyalurkan bantuan bagi mereka yang terdampak. Selain itu, pihak berwenang terus memantau perkembangan topan saat bergerak menuju Laut China Selatan sebelum mencapai Vietnam.
