SIGMANEWS.ID – Jakarta, Korban tewas akibat longsor Banjarnegara di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, kembali bertambah setelah tim SAR menemukan satu jenazah baru pada Rabu siang. Dengan penemuan ini, total korban meninggal menjadi tiga orang, sementara 25 lainnya masih dinyatakan hilang dan terus dicari menggunakan alat berat serta metode manual.
Baca Juga: Gunung Semeru Meletus Dahsyat, Awan Panas Sapu Permukiman hingga Warga Panik Berlarian
Pencarian Korban Longsor Banjarnegara Diperluas
Tim SAR gabungan menemukan jenazah korban pada pukul 14.20 WIB. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan, “Penemuan jenazah itu menambah jumlah korban meninggal dunia menjadi tiga orang, sedangkan 25 lainnya masih dalam pencarian.”
Sebelumnya, dua korban yang telah teridentifikasi adalah Luwih (40) dan Darti (29). Pencarian juga dibantu anjing pelacak K-9 dan ekskavator, namun medan pencarian masih sangat sulit karena tanah gembur dan rawan ambles.
Koordinator SAR lainnya menyampaikan bahwa salah satu korban, Tuwi (50), ditemukan tertimbun material sedalam sekitar dua meter.
“Alhamdulillah hari ini korban atas nama Ibu Tuwi berhasil kami temukan di Sektor A.2,” ujar Budiono, Kepala Basarnas Semarang.
Dampak Kerusakan Akibat Longsor Banjarnegara
Data posko BNPB di Desa Pandanarum mencatat 934 warga mengungsi atau 335 KK. Para pengungsi tersebar di lima titik: Kantor Kecamatan Pandanarum, GOR Desa Beji, Gedung Haji Pringamba, Gedung Muhammadiyah, dan rumah kerabat.
Sebanyak 182 rumah terdampak, terdiri dari 128 rusak ringan dan 54 rusak berat. Kerusakan lain meliputi:
- Jalan desa ±800 meter
- Saluran irigasi 670 meter
- Bendung 1 unit
- Pipa irigasi
- Hilangnya 5 sapi dan 125 kambing
- 14 warung rusak
- Satu masjid rusak berat, dua musala rusak ringan / terancam
BNPB menyebut kebutuhan mendesak saat ini meliputi popok balita, perlengkapan mandi, susu anak, pakaian, alas tidur, hygiene kit, antiseptik, alat kebersihan, dan APD.
Operasi Darurat Longsor Banjarnegara Terus Dimaksimalkan
BNPB menurunkan total 521 personel gabungan dari berbagai unsur untuk mempercepat operasi pencarian, evakuasi, dan layanan bagi pengungsi. Kegiatan posko mencakup:
- Pencarian dan evakuasi
- Kajian geologi dan monitoring retakan
- Layanan kesehatan dan psikososial
- Operasional dapur umum
- Pengaturan lalu lintas dan logistik
- Evaluasi harian
Pencarian sempat dihentikan sementara pada Rabu sore karena hujan deras yang meningkatkan risiko longsor susulan.
Kepala BNPB telah memerintahkan percepatan pendistribusian bantuan dan memenuhi kebutuhan dasar pengungsi. Pemerintah daerah juga menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari.
Faktor Risiko Longsor Banjarnegara dan Kerentanan Wilayah
BNPB mencatat Banjarnegara sebagai wilayah dengan korban longsor tertinggi dalam satu dekade terakhir. Abdul Muhari menuturkan, “Tingkat kerawanan longsor tidak berubah tanpa perbaikan lingkungan. Kalau historisnya pernah terjadi, kemungkinan akan terulang lagi seperti yang saat ini terjadi.”
Kepala Badan Geologi menjelaskan beberapa faktor pemicu utama, antara lain lereng curam dan material vulkanik di atas lapisan lempung-napal yang menjadi bidang gelincir.
Longsor besar pada Minggu (16/11) terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Sebanyak 26 warga hilang, dua meninggal pada hari pertama, dan lebih dari 900 penduduk mengungsi.
Daftar Korban Longsor Banjarnegara yang Masih Dicari
Sebanyak 25 nama masih dalam pencarian, termasuk:
Saminem, Kaswanto, Aminah, Wanto, Kasno, Dangseng, Faiz, Suwi, Ny Tiaryo, Watri, Marsiah, Warjono, Soliah, Sugiono, Maryuni, Susanti, Tunem, Jonathan, Raya, Mistri, Intan, Lipah, Sartini, Tarni Suparyo, dan Esiah.
Tiga korban yang ditemukan meninggal adalah:
Luwih, Darti, dan Tuwi.
