Kematian pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27) di jurang Gunung Rinjani

Jenazah Juliana Marins Ditemukan dari 600 Meter Jurang Gunung Rinjani

SIGMANEWS.ID – Jakarta, Kematian pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27) yang jatuh tergelincir di jurang Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, menjadi perhatian publik.

Selama empat hari, proses pencarian terhadap Juliana Marins menjadi sorotan publik, tidak hanya di Brasil, tetapi juga di sejumlah negara lewat pemberitaan media asing.

Juliana Marins diketahui mendaki Gunung Rinjani pada (20/6) bersama pemandu lokal dan lima pendaki asing lainnya. Ia tergelincir dan jatuh sekitar 600 meter dari tebing, pada Sabtu (21/6).

Ia ditemukan meninggal dunia pada 25 Juni oleh tim SAR Indonesia menggunakan drone termal. Proses evakuasi berlangsung dalam kondisi lapangan yang sulit dan cuaca buruk.

Presiden Brasil ke-35 & ke-39 Luiz Inácio Lula da Silva
Presiden Brasil ke-35 & ke-39 Luiz Inácio Lula da Silva

Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, menyampaikan duka mendalam dan komitmen bantuan pemerintah bagi keluarga korban.

“Layanan diplomatik dan konsuler kami di Indonesia akan terus memberikan seluruh dukungan kepada keluarganya dalam masa penuh duka ini,” tulis Presiden Brasil.

Baca Juga: Mengejutkan! Iran Serang Pangakalan Militer AS di Qatar!

Proses Evakuasi Jenazah Juliana Marins

Proses evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani
Proses evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani

Proses evakuasi jenazah Juliana Marins berhasil dilakukan tim gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, dan Polri. Jenazah itu dinaikkan dari dasar jurang, (25/6) pukul 13.51 WITA.

Pada pukul 17.00 WITA, tim evakuasi dilaporkan telah berada di Pos 4 jalur pendakian Gunung Rinjani.

Sebelumnya, tim SAR sempat mengalami kendala cuaca saat hendak mengevakuasi jenazah menggunakan helikopter. Langit mendung disertai hujan ringan melanda area Gunung Rinjani.

Kondisi ini membuat helikopter BASARNAS (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan) yang telah tiba di kawasan TNGR (Taman Nasional Gunung Rinjani) tidak dapat menjangkau lokasi evakuasi.

“Helikopter dari Basarnas sudah sampai, tetapi belum bisa menuju titik lokasi karena cuaca berkabut dan medan yang sulit,” kata Kepala Balai TNGR, Yarman Wasur.

Tim SAR harus membawa jenazah naik ke Pelawangan, lokasi aman di jalur pendakian, sebelum diturunkan ke bawah.

Sementara itu, mobil jenazah dari RSUD Provinsi NTB telah bersiap di Posko Gabungan Sembalun untuk menjemput jenazah yang akan dibawa turun dari area dataran di bawah gunung.

Demi kelancaran proses evakuasi, pihak TNGR sementara menutup  jalur pendakian Rinjani.

“Ini penutupannya sementara sampai proses evakuasi selesai. Ini kami lakukan supaya proses evakuasi tidak terganggu dan demi kenyamanan pengunjung juga,” ujar Yarman.

Warganet Brasil Kecewa Terhadap Tim SAR

Warganet Brasil ramai-ramai menyerbu kolom komentar akun Instagram resmi Badan SAR Nasional (Basarnas), @sar_nasional.

“Kami orang Brasil sudah KECEWA dengan pemerintah Indonesia!”, tulis akun @eulo*****.

“Butuh waktu lama bagi mereka untuk menolong Juliana. Itu sangat memalukan bagi Anda! Kami kecewa, jika salah satu dari Anda di negara kami membutuhkan bantuan, kami akan membantu Anda dengan sekuat tenaga,” tulis akun @patri*********.

Gerry Soejatman Mengungkapkan Alasan Evakuasi Sulit Dilakukan

Pakar penerbangan Gerry Soejatman mengungkapkan alasan mengapa helikopter kesulitan mengevakuasi Juliana Marins.

Gerry mengatakan bahwa alasan pertama terkait lokasi korban yang berada di ketinggian sekitar 9.400 kaki.

“Mau evakuasi dengan helikopter tidak gampang di ketinggian segitu dan di lereng. Performance helikopter belum tentu sanggup, kalau sanggup, spare performance marginnya juga sudah tipis,” kata Gerry, Rabu (25/6).

“Kalau akibat angin/imbasan rotor helikopternya posisi korban bergeser (kondisi pasir dan kerikil di lereng curam itu tidak stabil), itu di bawah lokasi korban itu jurang vertical drop sekitar 200 meter,” terangnya.

“Masa sudah jauh-jauh mencapai korban pakai helikopter, ngos-ngosan, terus korban akhirnya meninggal karena alasan konyol ketiup kibasan rotor helikopter lalu terlempar, ke jurang, jatuh 200 meter-an lalu meninggal karena itu,” tuturnya.

“Cuaca buruk ya enggak terbang. Untuk rescue, helinya terbang secara visual, jadi butuh cuaca yang mendukung kondisi cuaca, alias tidak bisa masuk kabut/awan. Masuk kabut/awan selagi melakukan rescue akan mengakibatkan kehilangan orientasi visual, dan berisiko heli bergeser menabrak tebing,” lanjutnya.

“Rescue mission itu peraturan utamanya satu, jangan sampai yang mau me-rescue harus di-rescue,” tambahnya.

More From Author

Iran melancarkan serangan rudal ke pangkalan udara Amerika Serikat di AI Udeid, Qatar, pada Senin (23/6

Mengejutkan! Iran Serang Pangakalan Militer AS di Qatar!

Israel kembali meluncurkan serangan ke Gaza pada Kamis (26/6)

Israel Serang Gaza Usai Gencatan Senjata dengan Iran, Lebih dari 80 Orang Tewas!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *