SIGMANEWS.ID – Jakarta, Amerika Serikat (AS) meningkatkan nilai hadiah untuk penangkapan Presiden Venezuela Nicolas Maduro menjadi US$50 juta, atau sekitar Rp813 miliar. Nilai tersebut dua kali lipat lebih besar dibandingkan tawaran sebelumnya yang dipatok sebesar US$25 juta.
Baca Juga: Kematian Prajurit TNI Prada Lucky Diduga Dianiaya Senior
Alasan AS Ingin Menangkap Presiden Venezuela
Amerika Serikat menuduh Presiden Venezuela Nicolas Maduro terlibat dalam jaringan perdagangan narkoba berskala internasional. Jaksa Agung AS Pam Bondi menyebut Maduro sebagai salah satu bandar narkoba terbesar di dunia.
Mengutip laporan Al Jazeera, Sabtu (9/8), Bondi menyatakan Maduro bekerja sama dengan sindikat kejahatan Venezuela, seperti Tren de Aragua dan Cartel of the Suns, serta kartel narkoba Sinaloa dari Meksiko. Mereka dituduh menyelundupkan kokain yang dicampur fentanyl ke wilayah Amerika Serikat.
“Ia adalah salah satu bandar narkoba terbesar di dunia dan ancaman bagi keamanan nasional kami. Oleh karena itu, kami menggandakan hadiahnya menjadi US$50 juta,” tegas Bondi.
Bondi juga menyampaikan bahwa Departemen Kehakiman AS telah menyita aset senilai lebih dari US$700 juta yang diduga terkait dengan Maduro. Aset tersebut mencakup dua pesawat jet pribadi, sembilan kendaraan, serta jumlah besar kokain yang disebut berhasil dilacak langsung ke presiden Venezuela itu.
Pemerintah Venezuela Tolak Tuduhan AS
Pemerintah Venezuela memberikan tanggapan atas langkah tersebut. Menteri Luar Negeri Yvan Gil menyebut tindakan Amerika Serikat sebagai “asap pengalih perhatian paling konyol”. Ia menuduh Washington sengaja menciptakan isu ini untuk mengalihkan perhatian publik dari skandal Jeffrey Epstein yang tengah menjadi sorotan di AS.
“Martabat tanah air kami tidak untuk dijual. Kami menolak operasi propaganda politik yang kasar ini,” kata Gil.
Tuduhan terhadap Maduro bukanlah hal baru. Pada masa pemerintahan pertama Donald Trump pada 2020, ia telah didakwa di pengadilan federal Amerika Serikat atas tuduhan perdagangan narkoba. Saat itu, pemerintah AS menetapkan hadiah penangkapannya sebesar US$15 juta.
Nilai tersebut kemudian dinaikkan oleh pemerintahan Joe Biden menjadi US$25 juta, setara dengan hadiah untuk penangkapan Osama bin Laden setelah serangan 11 September 2001.
Dengan tawaran terbaru sebesar US$50 juta, pemerintahan AS di bawah Presiden Trump menegaskan kembali komitmennya untuk membawa Maduro ke pengadilan. Seperti disampaikan Bondi, “Maduro tidak akan lolos dari keadilan dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan-kejahatannya yang menjijikkan.”
Dasar Tuduhan AS terhadap Presiden Venezuela
Maduro didakwa di pengadilan federal AS pada 2020, saat Donald Trump menjabat presiden. Ia dan beberapa sekutu dekatnya dituduh terlibat kasus narkoba. Saat itu, pemerintah AS menawarkan hadiah US$15 juta untuk penangkapannya. Nilai ini kemudian dinaikkan oleh pemerintahan Joe Biden menjadi US$25 juta.
Pada Juni lalu, mantan direktur intelijen militer Venezuela, Hugo Carvajal, mengaku bersalah atas tuduhan perdagangan narkoba dan hubungan narkotika-terorisme di Amerika Serikat.
Apakah Maduro Akan Ditangkap?
Meskipun diburu Amerika Serikat, Nicolas Maduro tetap berkuasa. Ia terpilih kembali sebagai presiden pada 2024 dalam pemungutan suara yang dikecam sebagai penipuan oleh Washington, Uni Eropa, dan sejumlah negara Amerika Latin.
Bulan lalu, pemerintahan Trump mencapai kesepakatan dengan Caracas. Kesepakatan itu membebaskan 10 warga Amerika yang dipenjara. Sebagai imbalannya, Venezuela memulangkan puluhan orang yang dideportasi AS ke El Salvador di bawah kebijakan imigrasi baru.
Tak lama kemudian, Gedung Putih mengubah kebijakan. Pemerintah mengizinkan Chevron melanjutkan pengeboran di Venezuela, setelah sebelumnya dihentikan oleh sanksi AS.