ekonomi jepang melemah

Ekonomi Jepang Melemah, Indonesia Diminta Waspada Dampaknya

SIGMANEWS.ID – Jakarta, Ekonomi Jepang melemah semakin dalam setelah data PDB kuartal III-2025 menunjukkan kontraksi 1,8% secara tahunan dan minus 0,4% secara kuartalan. Ini menjadi kontraksi pertama dalam enam kuartal terakhir, menandakan rapuhnya permintaan domestik Jepang serta tekanan yang makin besar pada sektor-sektor utama negara tersebut.

Private demand merosot 1,8%, investasi perumahan ambles lebih dari 32% secara tahunan, sementara ekspor turun 4,5% akibat melemahnya permintaan global dan tekanan tarif Amerika Serikat. Konsumsi rumah tangga nyaris tidak bergerak, hanya naik 0,1%, sehingga belanja pemerintah menjadi satu-satunya penopang pertumbuhan dengan kenaikan 2,2%.

Baca Juga: Kasus Alvaro: Ayah Tiri Jadi Tersangka, Fakta Mengejutkan

Inflasi Meningkat di Tengah Ekonomi Jepang Melemah

Meski ekonomi Jepang melemah, inflasi justru makin tinggi. Indeks Harga Konsumen inti pada Oktober melonjak 3% secara tahunan. Harga pangan menjadi komponen paling menekan: makanan non-perishables naik 7,2%, kopi melesat 53,4%, cokelat naik 36,9%, dan harga beras — komoditas sensitif — meningkat 40,2%.

Kondisi kontraksi ekonomi ditambah inflasi tinggi menimbulkan risiko stagflasi, situasi yang sangat tidak diinginkan bagi Jepang yang selama puluhan tahun berjuang keluar dari deflasi.

Stimulus Pemerintah Tak Redakan Tekanan saat Ekonomi Jepang Melemah

Untuk menahan dampak kontraksi, PM Sanae Takaichi menggelontorkan stimulus jumbo 21,3 triliun yen, termasuk subsidi listrik dan gas, penghapusan sementara pajak bensin, bantuan tunai 7.000 yen per rumah tangga, serta dana jangka panjang untuk industri perkapalan. Pemerintah juga menegaskan target belanja pertahanan 2% dari PDB pada 2027.

Namun langkah ini menimbulkan kekhawatiran karena pendanaan didorong oleh penerbitan obligasi baru, sementara rasio utang Jepang sudah melewati 200% dari PDB — yang tertinggi di negara maju.

Pasar Keuangan Tertekan Saat Ekonomi Jepang Melemah

Kekhawatiran investor langsung tercermin di pasar keuangan. Obligasi pemerintah Jepang (JGB) mengalami aksi jual besar, dengan yield 10-year mencapai 1,817%, tertinggi sejak 2008. Yen pun melemah ke posisi terendah dalam 10 bulan, mencerminkan turunnya kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi Jepang.

Hubungan Jepang–China Memburuk, Dampak Memperparah Ekonomi Jepang Melemah

Situasi ekonomi Jepang semakin pelik akibat retaknya hubungan dengan China. Komentar PM Takaichi soal Taiwan membuat China menyerukan warganya untuk tidak bepergian ke Jepang. Dampaknya langsung terasa: saham sektor pariwisata Jepang anjlok sekitar 3% dan pembatalan wisata melonjak.

Turis China merupakan yang terbesar pada 2025 dengan 5,7 juta kunjungan atau 23% dari total wisatawan. Para ekonom memperingatkan bahwa ketegangan panjang bisa memotong PDB Jepang hingga ratusan miliar yen.

Seorang ekonom memperkirakan potensi kerugian mencapai 1,79 triliun yen dalam satu tahun. Jika jumlah wisatawan China turun separuh, pertumbuhan PDB bisa terpangkas 0,2 poin.

Industri Pariwisata Semakin Terbebani Saat Ekonomi Jepang Melemah

Pariwisata menyumbang 0,4 poin pertumbuhan PDB Jepang tahun lalu. Hilangnya turis China — yang rata-rata belanja USD 1.622 per orang — memberikan pukulan besar terutama bagi sektor ritel dan duty-free.

Meski permintaan dari Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan, Taiwan, dan Asia Tenggara mulai meningkat, para analis menilai sulit untuk sepenuhnya menggantikan pengeluaran wisatawan China yang jauh lebih tinggi.

Dampak Ekonomi Jepang Melemah terhadap Indonesia

Pelemahan ekonomi Jepang dapat memengaruhi Indonesia melalui perdagangan, investasi, dan pembiayaan. Jepang masih menjadi salah satu mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai ekspor yang stabil di kisaran USD 16–25 miliar dalam satu dekade terakhir.

Sektor yang paling rentan adalah ekspor ikan segar (HS 0302). Jepang masih masuk enam besar tujuan ekspor dengan nilai sekitar USD 7,6 juta per tahun. Inflasi tinggi dan daya beli yang melemah berpotensi membuat importir Jepang menurunkan permintaan.

Samurai Bonds Juga Ikut Terdampak saat Ekonomi Jepang Melemah

Pelemahan ekonomi Jepang mempengaruhi pasar pembiayaan Indonesia, khususnya melalui Samurai Bonds — obligasi berdenominasi yen yang rutin diterbitkan pemerintah Indonesia.

Naiknya yield JGB menyebabkan biaya pendanaan Samurai Bonds ikut melonjak. Jika dulu instrumen ini dikenal murah, kini pemerintah RI harus menawarkan kupon lebih tinggi. Investor Jepang juga lebih memilih aset yen domestik, sehingga minat pada obligasi asing bisa turun.

Kondisi ini membuat strategi penerbitan Samurai Bonds harus lebih hati-hati, termasuk mempertimbangkan tenor pendek atau diversifikasi ke pasar global lainnya.

Prospek Pemulihan Ketika Ekonomi Jepang Melemah

Meski tekanan sangat besar, sejumlah analis memperkirakan pemulihan bertahap bisa terjadi pada kuartal akhir 2025. Namun itu sangat bergantung pada stabilitas hubungan dengan China, keberhasilan stimulus fiskal, dan kemampuan Jepang mengendalikan inflasi tanpa memicu resesi lebih dalam.

More From Author

kasus alvaro

Kasus Alvaro: Ayah Tiri Jadi Tersangka, Fakta Mengejutkan

banjir bandang di Thailand

Darurat! Banjir Bandang di Thailand Tewaskan 13 Warga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *