SIGMANEWS.ID – Jakarta, Kasus Dosen Untag yang menewaskan Dwinanda Linchia Levi (DLL/35) semakin menyisakan pertanyaan besar. Korban ditemukan meninggal tanpa busana di sebuah kostel di Gajahmungkur, Semarang. Sejumlah temuan baru—mulai dari hubungan pribadi dengan AKBP Basuki hingga kiriman foto jasad dari nomor misterius—menguatkan dugaan keluarga bahwa ada kejanggalan dalam kematian sang dosen.
Baca Juga: Ledakan SMAN 72 Jakarta Ungkap Fakta Baru, Pelaku Beli Bahan Bom Online
Fakta Awal dalam Kasus Dosen Untag: Penempatan Khusus AKBP Basuki
Polda Jawa Tengah menetapkan AKBP B alias Basuki sebagai saksi kunci dalam Kasus Dosen Untag. Ia menjalani penempatan khusus (patsus) selama 20 hari karena diduga melanggar kode etik Polri dengan tinggal bersama korban tanpa ikatan pernikahan sah.
Kabid Propam menyebut tindakan patsus dilakukan agar pemeriksaan berjalan objektif, transparan, dan profesional. Polda juga menegaskan tidak ada pengecualian dalam penegakan aturan, termasuk terhadap perwira polisi.
Penyidik mengonfirmasi bahwa Basuki memiliki hubungan dekat dengan korban sejak 2020 dan tinggal bersama dalam satu rumah dalam jangka waktu lama. Hal ini menjadi salah satu dasar penindakan etik.
Tinggal Satu Atap sejak 2020
Dalam proses pemeriksaan, Basuki mengakui memiliki hubungan intens dengan Levi sejak 2020. Keduanya bahkan ditemukan berada dalam satu Kartu Keluarga (KK), yang kini sedang didalami penyidik.
Basuki juga berada di kamar yang sama saat Levi ditemukan meninggal. Meski demikian, penyebab kematian belum bisa dipastikan hingga hasil otopsi lengkap selesai.
Menurut pihak kepolisian, posisi Basuki saat kejadian menjadikannya saksi kunci dalam dua jalur penyelidikan sekaligus: dugaan tindak pidana dan pelanggaran kode etik.
Foto Jasad dan Kejanggalan yang Muncul
Keluarga korban mengaku menerima foto jasad Levi yang dikirim oleh nomor tak dikenal. Foto itu menunjukkan Levi tanpa busana dengan bercak darah di bagian tubuh tertentu. Setelah foto terkirim, pengirim langsung menarik pesan tersebut.
Kakak korban, Vian, menyebut foto ini menjadi sumber kecurigaan utama karena menampilkan kondisi yang tidak pernah dijelaskan oleh pihak mana pun. Ia juga tidak mengetahui bahwa adiknya memiliki hubungan dengan Basuki maupun tinggal satu atap.
Vian menegaskan,
“Ini jadi kecurigaan. Sekilas fotonya itu ada darah di perut dan paha. Jadi autopsi harapannya bisa mengungkap kejanggalan penyebab kematian adik saya.”
Kronologi Akhir Hidup Levi
Sebelum ditemukan meninggal, Levi diketahui masih berkomunikasi dengan rekan kampusnya. Salah satu rekan senior, Kastubi, mengaku pernah menasihati Levi terkait kedekatannya dengan Basuki. Ia berkata,
“Saya pernah lihat dua kali sama mereka berdua (AKBP B dan Levi). Dia bilang pacar.”
Kastubi terakhir bertemu Levi pada 14 November dan melihatnya dalam kondisi sehat. Namun ia kemudian mendengar kabar kematian Levi pada Senin pagi.
Ia juga menambahkan bahwa sejumlah perangkat elektronik seperti handphone dan CCTV perlu diperiksa secara forensik karena berpotensi mengungkap adanya intimidasi atau tekanan sebelum kematian.
“Kalau bentuknya intimidasi dan menyebabkan tekanan darah tinggi, apakah itu bisa menyebabkan nyawa itu hilang?”
Pertanyaan Besar yang Masih Menyelimuti Kasus Dosen Untag
Hasil otopsi awal menyebut adanya indikasi aktivitas berlebihan sebelum kematian. Faktor kesehatan korban seperti tekanan darah tinggi disebut bisa memperburuk kondisi tersebut.
Namun posisi korban saat ditemukan—tanpa busana dan tergeletak di lantai—menimbulkan pertanyaan besar di kalangan keluarga maupun masyarakat.
Mahasiswa Untag yang tergabung dalam aliansi solidaritas juga mempertanyakan transparansi penyelidikan. Mereka menilai banyak hal belum diungkap, termasuk waktu kejadian, posisi tubuh, serta relasi korban-pelaku.
Perwakilan mahasiswa mengatakan,
“Beliau punya riwayat darah tinggi. Ketika kembali ke indekos, ada aktivitas berlebih yang menyebabkan jantungnya pecah posisi beliau ditemukan tergeletak tanpa busana.”
Untag Bentuk Tim Advokasi
Pihak kampus Untag Semarang membentuk tim advokasi khusus untuk mengawal penyidikan. Mereka menilai kematian Levi mengandung banyak kejanggalan sehingga membutuhkan pemeriksaan menyeluruh dan transparan dari kepolisian.
Kampus juga meminta agar pihak berwenang membuka semua temuan, termasuk keterangan saksi, rekam jejak komunikasi, serta hasil otopsi final.
